Blogger Tricks

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
Elsa Febriani
Lihat profil lengkapku

Senin, 25 November 2013

Sumatera, Jawa, Kalimantan Kena Dampak Pemanasan Global

 

DEPOK - Peneliti asal Jepang, Takemura Shinichi, menciptakan sebuah alat canggih bernama Tangible Earth atau bola dunia (globe) digital interaktif untuk melihat dampak pemanasan global secara real time di bumi.

Takemura mengatakan alat tersebut tidak bisa mengukur secara detail, tetapi bisa memberikan gambar visual dan proyeksi mengenai keadaan bumi saat ini yang semakin terkena dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

"Alat ini tidak bisa mengukur, tetapi menjadi alat penelitian di laboratorium, menerima data dari nasional agensi misalnya pemerintah Jepang, terkait perkembangan pemanasan global," katanya di Balai Sidang Universitas Indonesia dalam seminar Tangible Earth bersama AEON," kata Takemura di Depok, Senin (25/11/2013).

Ia bahkan memperlihatkan bagaimana arah gelombang laut saat tsunami terjadi di Jepang 2011 dan tsunami di Aceh pada 2004 menggunakan alat tersebut. Selain itu, alat tersebut juga bisa melihat arah angin dan menjadi sistem peringatan dini bagi masyarakat.

"Tsunami bisa diukur dengan alat ini, kita lihat khusus di Indonesia ada zona merah (zone), yakni Jakarta, sebagian Sumatera bagian timur, Kalimantan, Papua yakni dimana permukaan air laut di wilayah - wilyah tersebut jika naik atau pasang, maka daerah tersebut tergenang air, ini paling terdampak," jelasnya.

General Manager PT AEON Indonesia Sudarmadi Salim mengatakan bahwa Perserikatan Bangsa - Bangsa (PBB) sudah memakai alat tersebut sebagai salah satu cara program penanggulangan bencana. Dimana pembentukan awan bisa diprediksi, begitu pula arah angin dan fauna migrasi burung. Selain itu bisa pula mendeteksi makin mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan.

"Fauna punah permasalahannya apa sih, itu bisa diketahui gejalanya. Migrasi burung, persinggahan, akan kemana mereka, ini semua penting untuk riset, bagaiman sih arus laut berjalan ini divisualisasikan," kata Sudarmadi.

Ia menegaskan sejauh ini baru ada 20 alat tersebut di dunia dan baru dipakai di negara Eropa, Amerika, dan Jepang. Untuk Asia Tenggara, alat tersebut baru pertama kali dipamerkan di Kampus UI hari ini.

"Pembuatannya juga lama, butuh beberapa bulan satu alat. Baru ada 20 di dunia. Punya satu di Jepang. Di Indonesia rencananya akan dipakai untuk penelitian atau seminar," tandasnya.

Sumber : http://techno.okezone.com/read/2013/11/25/56/902363/sumatera-jawa-kalimantan-kena-dampak-pemanasan-global
separador

0 komentar:

Posting Komentar

Categories

Blog Archive

Followers